WOM : Quality vs Sensation, Which One will Sustain? (21.07.08)

WOM : Quality vs Sensation, Which One will Sustain?

 

Ngomongin WOM (Word of Mouth) alias Berita dari Mulut ke Mulut adalah sesuatu yang sangat menantang. Bayangkan bagaimana senangnya kita jika produk kita menjadi WOM.. hmm kita punya brand lover yang akan cerita ttg produk kita kesiapa saja dan kemana saja. Dan mereka juga akan jadi Evangelist Brand kita. Yang akan membela bahkan menjadi Ambassador bagi Brand kita. Of course dengan sukarela!!!

 

Beberapa brand sukses besar dengan WOM, Apple salah satunya. Namun banyak juga yang dihancurkan oleh WOM. Yang sukses punya komunitas-komunitas baik yang resmi maupun yang non resmi, baik yang disupport oleh principal maupun yang tidak sama sekali. Media nya? Banyak sekali! Mulai dari Tradisional WOM yaitu emang dari mulut ke mulut, trus blog ke blog, milis ke milis, facebook ke facebook dan banyak lagi.

 

Ada WOM yang memang sengaja dibuat atau diciptakan, seperti Liburan Bersama Kijang”. Dan banyak juga yang memang dibangun dari akar rumput penggemar. Ini banyak sekali di Facebook, Friendster dan provider-provider blog.

 

Melihat dari cara munculnya, WOM bisa timbul atas Sensasi, yaitu bikin kegiatan atau event yang memancing perhatian orang lain. Seperti yang dilakukan oleh Tung Desem Waringin (TDW). Sensasi dibikin seheboh mungkin sehingga bisa memancing lahirnya WOM. Namun ada juga yang karena Produk itu sendiri yang akhirnya menciptakan WOM. Contoh WOM yang dibikin bukan oleh sensasi juga banyak sekali, mau contoh? Mulai dari Warteg enak yang ada didalam gang-gang kecil sampai dengan Tempat Service mobil yang ramah dan cepat. Ini disebut WOM yang lahir dari Quality.

 

Apa bedanya? Sensasi dengan Quality?

 

Sensasi, berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh produk itu sendiri atau pun event yang mendukung produk itu dengan tujuan agar produk itu mendapatkan ekspose yang besar (menarik perhatian) dari orang-orang. Sensasi bisa dilakukan baik dengan biaya murah (dengan bikin blog atau facebook) atau bisa juga dengan menggelontorkan uang yang besar (dengan nabur uang 100 juta). Pendek kata, sensasi secara sengaja dan direncanakan untuk memancing terjadinya WOM.

 

Quality, umumnya berasal dari produk atau layanan itu sendiri. Dimana setiap customer dan consumer mendapatkan perceived value yang lebih dari yang diharapkan. Dalam hal ini bisa dari Quality dari Produk atau Layanan Produk itu sendiri. Quality itu sendiri ukurannya berbeda-beda, namun secara umum, Quality adalah mendapatkan performa atau hasil atau manfaat minimal sama dengan harapan dari sipembeli atau pelanggan.

 

Sensasi vs Quality, Kalo melihat dari 2 faktor ini kira-kira mana ya yang akan sustainable?

 

Harap diingat WOM yang dihasilkan oleh Sensasi adalah tahap awal, yaitu tahap diomongkan atau tahap awareness. Apakah mereka akan membeli, mencoba atau merekomendasikan setelah Sensasi adalah hal yang berbeda. Artinya WOM disini baru sebatas “Iklan Viral” belum menyentuh tahap Trial. Lihat pasca penyebaran Undangan free Seminar TDW, entah berhubungan atau tidak, tiba-tiba kita dikirimin penawaran penjualan tiket seminar dengan setengah harga (CMIIW).

 

Sedangkan WOM yang dihasilkan oleh Quality of Product, cenderung sudah merupakan rekomendasi atau minimal merupakan pengalaman mencoba dari si pengantar WOM. Artinya apa yang disampaikan minimal sudah dibuktikan oleh sipengantar WOM itu sendiri. Dalam hal ini WOM menjadi punya Kredibilitas.

 

So? What do you think guys? Which one will you choose? Use the Quality? Or just the Sensation?

 

WOM : Quality vs Sensation, Which One will Sustain?

Advertisement

Tung Desem Waringin & 100 juta = Nyebar Uang itu (lebih) Efektif? (29.05.08)

Tung Desem Waringin & 100 juta = Nyebar Uang itu (lebih) Efektif?

 

Dibawah ini adalah kutipan dari berita di Detik.com hari ini. Dengan Bapak Diki M Sidik, Staf Humas Tung Desem Waringin:

 

“…Diki menjelaskan, aksi Tung itu merupakan perumpamaan dari strategi marketing. Tung hendak menunjukkan banyaknya promosi yang sia-sia untuk memasarkan produknya.
“Banyak terjadi marketing sekarang seperti membuang uang di gunung berapi, tidak berbekas. Kalau orang pasang iklan, tidak bisa diukur berapa hasil dari iklan itu. Seperti baliho misalnya, itu kan buang uang saja,” beber Diki.

Maka, lanjut dia, dibuatlah semacam perumpamaan. Daripada uang dibuang, lebih baik dibagikan saja ke masyarakat..”

 

 

Let’s Discuss it:

First, Sebagaimana dengan case-case sebelumnya, suka atau tidak suka posting email ini mungkin menambah efek WOM dari program Nyebar Uang. Anyway, let’s see from Marketing side.

 

Kutipan diatas belum jelas arahnya, mengingat bukunya juga belum keluar. Namun kata-kata…. “Banyak terjadi marketing sekarang seperti membuang uang di gunung berapi, tidak berbekas. Kalau orang pasang iklan, tidak bisa diukur berapa hasil dari iklan itu. Seperti baliho misalnya, itu kan buang uang saja”… Mungkin bisa menjadi bahan evaluasi kita bersama dan yang menjadi pertanyaan pada subject posting ini.

 

Apakah Nyebar Uang itu (lebih) efektif? Jika dikaitkan dengan ukuran, apakah itu lebih terukur dari pasang iklan? Apakah ada korelasi antara Peningkatan Penjualan Buku dengan Penyebaran Uang? Dan jika dihitung total biaya dibagi total sales buku nanti akan lebih baik ratio cost/unitnya?

 

Semua kegiatan yang besifat spekatakuler, unik, nyeleneh dan out of box mayoritas objectivenya adalah mendapatkan perhatian. Alias berusaha stand out from the crowd secara instant!. Efektif? Yap efektif buat mendapatkan awareness. Pertanyaannya apakah relate to product? Tergantung buat siapa buku itu ditulis? Berapa harga ecerannya? Karena, Semua kegiatan Marketing harus relate dengan STPnya (segmentation, Targeting and Positioning). Jika tidak, maka seperti marketing tanpa arah dan yang pada akhirnya akan menghasilkan ineffective/waste of marketing program.

 

Perhatian atau Awareness itu sendiri, baru merupakan 1 step/proses sebelum sampai ke tahap Engagement alias Beli. Masih ada step-step berikutnya yang harus dilalui. Walau ini sangat dipengaruhi oleh kekuatan Brand (brand Value&Image). Jika brand nya kuat maka begitu Launch langsung terjadi action beli. Tapi jika tidak? maka paling tidak akan ada phase sebelum itu terjadi, termasuk nungguin cerita orang yang dah beli buku itu.

 

Kegiatan Marketing itu bukan seperti masak Mie Instant, yang tinggal dibuka bungkusnya dan direbus baru dimakan. Kegiatan Marketing itu seperti Memasak Makanan Lengkap. Sebelum dimasak, diingat dulu siapa yang akan makan, sehingga tau apa yang akan dimasak, berapa banyak yang dimasak dan apa saja yang akan dihidangkan sebagai pendamping masakannya. Walau objective akhirnya sama yaitu Makan yang kenyang.

 

So? Apakah menyebar uang itu (lebih) efektif?

 

 

Tung Desem Waringin & 100 juta = Nyebar Uang itu (lebih) Efektif?