Tolak Angin vs Bintangin = Mesti Pintar? Atau Ga Perlu Pintar?
Let’s see the content first before we share any comments J
No |
Brand |
Bintangin |
Tolak Angin |
Varian |
Jahe Merah |
Madu |
|
15 ml |
15ml |
||
Price |
Rp 1.000 |
Rp 2.000 |
|
Ingredient |
|||
1 |
Minyak Adas |
5mg |
10% |
2 |
Kayu Ules |
– |
10% |
3 |
Daun Cengkeh |
– |
10% |
4 |
Jahe |
– |
10% |
5 |
Jahe Merah |
50mg |
– |
6 |
Daun Mint |
5mg |
10% |
7 |
Madu |
7,5mg |
70% |
8 |
Cabe Jawa |
12,5mg |
– |
*Harga berdasarkan warung rombong depan kos-kosan Kelapa Gading
Hmm.. kita lakukan perbandingan dengan menggunakan simple Marketing Mix (Product, Price, Place & Promotion)
1. Product
Ini menyangkut konten yang berarti reason to buy. Secara umum isi dari kedua product ini berbeda, hanya minyak Adas, daun Mint dan Madu yang sama.
Tidak ada penjelasan yang menonjolkan manfaat dari masing-masing content. Yang berarti secara product, customer hanya tau bahwa ini adalah sama. Tidak tahu siapa yang diuntungkan dalam hal ini. Namun yang pasti Khasiat yang akan berbicara. Let’s say they draw on this point.
2. Price
Ini adalah komponen yang paling sering digunakan oleh para Follower bahkan para Challenger. Ini persis seperti Ikan yang sulit ditolak sama kucing manapun J
Ini memotong keuntungan dengan sangat-sangat. Tapi jika punya kemampuan operasional yang mumpuni. Efesiensi bisa mendukungnya Low Price High Quality.
Modern Jamu Industry vs Modern Medical Industry, mana yang paling efesien?
Dengan setengah harga + content yang tidak dimengerti orang awam sangat mungkin Bintangin memukul Tolak Angin pada point ini.
3. Place
Hmm ini adalah faktor yang membuat saya membeli kedua produk ini di warung rombong didepan kos-kosan saya. Yap Distribusi!!
Dan..Not Surprise Bintang Toedjoe punya kemampuan distribusi yang cukup bagus dan merata.
Dari wawancara singkat dengan penjaga toko diketahui bahwa Bintangin dijual langsung oleh salesman Bintang Toedjoe sedangkan Tolak Angin didapatkan dari agen penjual (alias beli sendiri)
Again, Strategi Jemput Bola bisa merupakan ancaman yang cukup besar buat Tolak Angin yang sudah “liquid” sehingga tidak perlu salesman. Atau memang Sido Muncul melewatkan strategi ini?
Dengan tidak mengesampingkan incentive program digrosir dan pembagian margin di eceran serta ada kemungkinan delay distribution diluar Jawa. Anyway.. The Power of Distribution.. Bintangin you have chance on this point.
4. Promotion
“Orang Pintar Minum Tolak Angin..” tagline ini sudah sangat sering bahkan akrab kita dengar. Bahkan mengalahkan slogan competitor lama mereka “wes-ewes-ewes bablas angine”.
“Minum Obat Masuk Angin aja kok mesti pintar”. Tagline ini sudah bikin seru milis selama dua minggu. Dan dari beberapa random sampling yang cukup primitive (alias tebak-tebak iseng) dengan beberapa penjaga kos. They notice it’is Bintangin.
Anyway, building brand itu sulit dan lama. Kecuali punya “modal” yang cukup besar untuk di gelontorkan disemua lini Promotion. TVC adalah cara yang tercepat and very costly. Belum lagi butuh beberapa ATL di rombong dan mungkin BTL di meeting point seperti pasar dan modern market.
Tolak Angin jelas akan lebih ringan disini. Yap, good Brand Image will reduce promotion cost. Sayangnya belum ada satupun yang mulai bicara ttg why we should buy your product instead of smart and not smart?
Let’s wrap the things up : Both draw in content, Bintangin punya kesempatan di harga, Bintangin juga punya chance di Distribusi dan Tolak Angin punya keuntungan kuat di Promosi.
Semoga pertarungan ini tidak sekedar ajang pembalasan. Karena kompetisi ini jauh lebih menarik dari itu semua. Yap seperti Indofood vs Wings, Sidomuncul vs Bintang Toedjoe adalah salah satu ujian praktek untuk para Marketer to shape up the competition. I Love Competition.. make us better and better..
Tolak Angin vs Bintangin = Mesti Pintar? Atau Ga Perlu Pintar?