Mie Sedaap & Supermi Adu Panjang Mie : What are you doing guys? What does it mean for us? (03.09.08)

Mie Sedaap & Supermi Adu Panjang Mie : What are you doing guys? What does it mean for us?

 

Jakarta 08 Juni 2008, di Depok Town Square Mie Sedaap membuktikan bahwa tepung mienya memang berkualitas dengan membuat mie terpanjang yang mencapai 300 meter. Namun hanya berselang 2 bulan kemudian tepatnya di Bandung tanggal 20 Agustus giliran Supermi yang membuat mie sepanjang 1.000 meter. Hasil ini secara otomatis memecahkan rekor Muri yang telah dibuat oleh Mie Sedaap. Apa sih tujuannya? Mereka berlomba untuk menunjukkan bahwa kualitas tepungnya lah yang lebih baik. Hmm than what next? Mau bikin mie sepanjang 2 kilo meter? Dan kemudian sepanjang 4 kilo meter? Atau sekalian aja bikin napak tilas dari Jakarta sampai Surabaya, itung-itung mengenang sejarah saat pembangunan jalan pantura jaman penjajahan dulu.

 

What are you doing guys?

Apa sih yang mau dicapai dengan adu kualitas tepung mie? Tahu nggak sih bahwa isu terbesar soal mie instant bukanlah soal kualitas tepung mie? Tapi soal lapisan lilin yang melapisi mie. Kalo tidak percaya, coba klik berita yang ini atau berita yang ini. Dan jika masih kurang, silahkan search saja menggunakan key word Lapisan Lilin Mie. Nah isu ini yang seharusnya menjadi prioritas untuk dilakukan counter attack. Karena isu ini jelas berakibat mengurangi tingkat konsumsi masyarakat atas mie instant secara langsung. Dan jika berhasil melakukan edukasi dengan benar, maka justru akan memperbesar market size yang jelas akan memperluas area kompetisi.

 

Strategi memamerkan kualitas produk memang merupakan salah satu cara kompetisi yang produktif sekali. Namun jika yang dipamerkan bersifat umum atau tidak unik atau mudah sekali ditiru maka itu sama sekali bukan strategi yang baik. Kenapa? Karena hanya akan menjadikan ajang balas-balasan yang pada akhirnya menghilangkan esensi dari kompetisi yang produktif.

 

Coba lihat, pasar ini belum mature bukan? Ditambah dengan isu lilin yang menurunkan tingkat konsumsi yang seharusnya bisa diredam agar bisa mendorong tingkat konsumsi kembali. Trus buat apa saling pukul kalo pasar masih luas? Buat apa menghabiskan energi untuk mengalahkan yang lain disaat masih banyak konsumen yang belum teredukasi? Kenapa tidak meniru Industri pasta gigi yang walaupun saat ini sudah susah mencari orang yang menggosok giginya tanpa menggunakan pasta gigi, mereka masih terus secara konsisten melakukan edukasi pada konsumen. Kenapa? Karena mereka tetap melihat pada sisi yang belum disentuh dan dijamah!

 

Zoom Out, look at the market, find out the blank spot than fill it. Develop your distribution network. Create New Education Program. Grow the Market Size, and your main task is to ensure that each percent of the growth points is yours!

 

What does it mean for us?

Sebagai konsumen, jujur aja neh. Kita tuh ga peduli siapa yang paling panjang ukuran mie nya. Karena ukuran panjang mie bukan key driver utama kita membeli. Tapi, pada Rasa dari mie itu sendiri. Kenapa sih kok ga malah sibuk bikin varian rasa yang macem-macem? Trus, berhubung dengan isu lilin yang sudah menjadi rahasia umum, tolong dong jelasin kekita, apakah isu itu benar atau tidak? Bikin kita tenang dong untuk mengkonsumsi mie.

 

Kita seneng makan mie, udahlah praktis, murah lagi. Tinggal tambah varian aja, hayo bikin Research dong, siapa tau ayam goreng bisa masuk dalam bungkus mie. Atau bisa masukin bakso bulat atau kalo perlu ada telor mata sapi dalam mie. Nah penemuan yang kayak gini yang kita perluin. Sehingga saat mau makan mie udah ga perlu beli lauk tambahan lagi.

 

Soal vitamin dan kualitas mie? Itu sudah wajib mas! Jadiin itu basic requirement (standard) kalian bikin mie. Jagalah Industri ini dengan baik. Lindungi konsumen agar market size nya terus membesar bukan malah menurun.

 

Cari tau the real needs dari si konsumen untuk bisa memberikan offering product yang sesuai dan bisa mengembangkan product yang lebih baik yang mampu melampaui ekspektasi konsumen.

 

Seperti kata sahabat saya Ricky Afrianto, seorang Senior Brand Manager dari brand susu kalsium yang sukses jadi market leader, bahwa memang sudah “tugasnya” challenger untuk melakukan apa saja agar berkembang dan mengalahkan leader, namun sudah menjadi tanggung jawab market leader untuk menjaga size industrinya, bukan malah terbawa arus untuk merusaknya. Dan tentu saja yang paling ideal adalah baik challenger maupun market leader harus berpikir untuk mengembangkan pasar dan berebut selisih perkembangan pasar tersebut. Terutama jika industrinya sendiri belum jenuh.

 

Mie Sedaap & Supermi Adu Panjang Mie : What are you doing guys? What does it mean for us?

Advertisement

6 comments on “Mie Sedaap & Supermi Adu Panjang Mie : What are you doing guys? What does it mean for us? (03.09.08)

  1. Yenny Desiwaty says:

    If you ask me “What’s it mean to me?”.
    The answer absolutely nothing.
    Karena bagi saya (penggemar mie instant) yang penting adalah rasa.
    Lagian apa gak menakutkan kalau dia gak bisa putus, gak bisa digigit dong.

    Terkadang memang kita terkukung dengan kata2 “Kalahkan kompetitor”, jadi secara harafiah dilakukan hal/kegiatan yang sama untuk menang.
    Padahal supermie sudah cukup inovatif dengan mengeluarkan rasa-rasa baru (yang belum ada sebelumnya), dan beberapa bisa dibilang enak. Harusnya itu yang bisa ditekankan, bukan berkutat di ‘kubang’ yang sama.

  2. Taufan says:

    Mungkin Indonesia masih mengedepankan yang paling….
    Kalo mie nya paling panjang, mienya paling laku…
    He he he…apa iyah???Setelah ini mungkin isu lilin mie yang diangkat atao yang lain, mudah mudahan perangnya jadi perang adu murah, yang untung kan konsumen kayak saya…doyan mie instant..
    Yuk…kita lihat

    Sukses yah ronald…

  3. Wiras is Copywriter says:

    Hi Bang, numpang nimbrung ya…
    Big bang Mie Sedap beberapa tahun lalu dengan event makan mie terbanyak IMO terbaca sebagai salah satu kunci sukses mereka yang kemudian banyak ditiru brand lain. Mulai dari nyampo terbanyak, sikat gigi terbanyak, hingga jalan sehat terbanyak. Wajar jika Mie Sedap ingin sedikit beromansa, mengingat akhir-akhir ini pertumbuhan mereka sepertinya biasa-biasa aja. Berlawanan dengan sukses Sarimie Soto Koya dan Supermie Go Series.
    Supermie sendiri meski sukses dengan Go Series, ternyata masih menaruh dendam pada Mie Sedaap. Selain mie terpanjang, Supermie juga membuat record masak mie terbanyak (versus makan mie terbanyak Mie Sedaap), dan susunan bungkus mie terbesar berbentuk Borobudur (Mie Sedaap mungkin mau bikin versi Monas)
    Tujuannya? Membuktikan Supermie lebih baik dari Mie Sedaap. Apakah karena asumsi pasarnya sama atau Supermie telah menjadi fighting brandnya Indofood saya tidak tahu.
    Sebaliknya, jika Mie Sedaap meladeni Supermie maka permainannya menjadi tidak fair sebab Indofood masih punya Indomie dan Sarimie. Mending meneruskan kampanye mie bervitaminnya dan ide Bang Ronald sangat masuk akal… yakni “mie anti-lapisan lilin”.
    Kampanye mie bervitamin sebelum ini mungkin tidak begitu sukses karena isu kesehatan terbesarnya sendiri belum terjawab. Counter attack tanpa menjawab isu terkait seperti mengkampanyekan rokok dengan khasiat green tea. Mending alihkan saja isunya ke hal lain seperti mie dengan baso, ebi, atau ceker ayam (Super Bubur aja pake krupuk)
    Jika investasi di R&D terlalu mahal ya bermainlah di area distribusi, marcomm, ato hal lain yang doable dan efisien. Saya sih pengagum Sampoerna’s ‘differentiation is the cheapest price to advertise’ dan kalo komunikasi dilihat sebagai ‘the easiest way to differentiate’ mbok ya pesannya jangan dibuat sama, kecuali ingin mengkomoditikan produk mereka.
    Sekarang balik ke Mie Sedaap, apakah mau mengikuti langkah XL untuk berbalas pantun atau belajar kepada Tolak Angin yang mengacuhkan Bintangin. Dan semoga langkah Mie Sedaap nantinya kembali menjadi pembelajaran kita karena sebenarnya di luar sana banyak brand yang masih gontok-gontokan dengan berbekal jurus serupa. Lebih manis, lebih kental, lebih gurih, lebih murah, lebih ini, lebih itu…
    Hehe maaf kalo sok tau dan salah. Sekedar comment, semoga gak berlebihan. Tabik

  4. arif says:

    hehee….

    bicara tentang mie sedap vs indomie

    mie sedap masih kalah di jakarta,

    jualnya pake hadiah,mungkin akan lebih nenarik

  5. dhanang.wibowo says:

    Kita tentu mengenal Word of Mouth marketing. Tujuannya adl menciptakan hype. Menciptakan pemberitaan. Menciptakan pembicaraan. Marketing event tdk melulu utk meningkatkan sales bukan? Tp bisa juga utk mempertahankan brand recognition melalui repetition dan juga meningkatkan brand awareness.

    Jika memang tujuan Mie Sedaap mengulur2 mie sepanjang itu adl utk meng-generate WoM; maka krn ada artikel ttg event itu disini dan saya juga ikut membahasnya, setidaknya event itu sdh berhasil mempengaruhi kita berdua.. 😉

    Sementara counter Supermie, yg memang dijadikan Indofood sbg fighting brand Mie Sedaap, utk melakukan event serupa.. sptnya utk menggenerate negative WoM thd event Mie Sedaap di antara para skeptism dan sekaligus positive WoM bagi mereka sendiri di kalangan awam.

    Soal isu lapisan lilin apakah ada kutipan dari ahli? maklum saya pengkonsumsi mie instan juga nihh… trims

  6. masdhenk says:

    siippp…
    ulasan yang mantap!!

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s