Price War = Kegagalan Brand? (23.01.08)

Price War = Kegagalan Brand?

 

Sabar-sabar, jangan marah-marah dulu. Statement diatas merupakan pertanyaan yang justru butuh konfirmasi dari kita, para Marketer.

 

Saya ingat saat belajar ttg Marketing waktu kuliah, salah satu dosen saya bilang. “Product akan pindah dari kuadran komoditas begitu sebuah Brand dilekatkan padanya”. Dan menurut beliau Brand jugalah yang membuat kita tidak perlu ikut berlumpur diperang harga dan menjauh dari takdir komoditas.

 

Dia mencontohkan Tepung Terigu Segitiga Biru dari Bogasari yang bisa dijual lebih mahal dari Tepung terigu diwarung-warung. Trus Brand juga yang membuat kita melupakan bahwa modal bikin kopi ga lebih dari 15 ribu rupiah saat minum secangkir kopi di Starbuck. Bahkan Brand bisa membuat orang merogoh kocek hingga puluhan jutaan rupiah untuk membeli Vertu – handphone dengan fitur sederhana.

 

So, what happen now? Apakah preferensi sudah berubah? Apakah teori diatas tidak bisa diterapkan dibeberapa industri? Seperti Telekomunikasi yang sibuk perang harga? Atau ada sebuah kesalahan yang kita buat sebagai Marketer sehingga gagal mempertahankan esensi dari tujuan dasar pembuatan sebuah brand?

 

Brand dibuat tidak hanya sebagai identitas pembeda. Karena Brand yang menentukan perceive value dari sebuah product. Dan Brand juga yang membuat kita bisa terbang jauh dari statisnya fungsi dasar dari produk.

 

Membangun Brand itu butuh konsistensi. Persis seperti hidup, kadang-kadang saat tekanan hidup datang menimpa kita harus tertatih-tatih untuk melangkah. Terjatuh dalam lumpur yang kotor. Namun kita selalu konsisten untuk menjaga Value dari diri kita. Dan itu yang membuat kita bisa menjadi Brand Legendaris/Heritage Brand.

 

Harley tidak tergoda untuk ngomongin irit dan kencang, karena dia adalah Harley bukan sekedar motor. Singapore Airlines tidak tergoda berperang harga melawan Air Asia karena mereka memang beda. Brand mereka lebih kuat dari pengaruh yang ada disekitarnya.

 

Jika Price menjadi faktor utama switching dan jadi strategi utama untuk bertahan hidup, apa bedanya dengan product kita dengan komoditas dipasar? Membangun Brand untuk product yang kita perlakukan sebagai komoditas sama dengan menambah biaya. Lebih baik kasih Brand sekedarnya dan mulailah perang harga itu jauh lebih baik.

 

So? Jika kita melihat ada banyak Brand yang sibuk perang harga apakah itu berarti kegagalan membangun sebuah Brand? Atau memang industri tersebut tidak butuh Brand?

 

Price War = Kegagalan Brand?

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s